Belajar Manajemen Qolbu dari Bu Ayu
Kriiiing... Kriiiing... dering handphone saya di atas meja berbunyi nyaring sekali. Saya lihat di layar tak tertera nama. Diangkat atau tidak yaa. Keraguan meliputi hati saya. Maklum, kebiasaan saya selama ini adalah tidak pernah mengangkat telfon dari nomor yang bukan kontak saya. Saya biarkan sedikit lama. Namun entah kenapa, seperti ada bisikan yang menggerakkan hati ini untuk mengangkatnya.
"Halloo.. " sapa saya.
"Assalamualaikum ibu, saya bu Ayu dari Batang." suara tegas seorang perempuan dari seberang. Terkesima saya untuk beberapa saat mendengar kelembutan dan ketegasan suaranya. Ada wibawa di dalamnya.
"Saya senang dengan tulisan ibu, dan lebih senang lagi karena ibu ternyata satu lembaga dengan saya, di Kementerian agama. Saya guru matematika dan kepala Madrasah di MTs Darul Hikmah Subah, Batang Jawa Tengah, bu" Wow, suara itu benar benar membuat saya tertegun beberapa saat. Kalimatnya runtut dan tertata!
Gugup dan excited saya menjawabnya. Gugup karena saya orangnya tidak gampang (bukan tidak gampang tapi tidak bisa, lebih tepatnya) 'berbicara' dengan orang yang belum saya kenal lama. Excited karena saking gembiranya saya berbicara dengan teman yang satu passion dan satu lembaga dengan saya. Yah, kami sama sama guru Madrasah Tsanawiyah yang berada di bawah naungan Kementerian Agama. Wuih, senangnyaa hati saya. Serasa bertemu keluarga. Jelas visi kami sama, yakni maju bersama menuju Madrasah Hebat Bermartabat. Benar, tak berapa lama kamipun cair dengan pembicaraan yang mengasyikkan, tentang madrasah, tentang misi kami ke depannya, tentang suka duka mengelola nya, tentang bagaimana membawa kebiasaan membaca di lingkungan sekitar kita serta tentang keprihatinan kami mengenai literasi yang alhamdulillah semakin marak di "tetangga sebelah" namun kurang gebyar di "rumah". Dicatat! Rumahnya dalam tanda petik loh yaa. Saya harap bapak ibu tahu sendiri artinya. Hahaha.. .maaf, kami mengistilahkan demikian sebagai autokritik untuk diri kami sendiri. Tentu saja kami berharap suatu saat ada sebuah gerakan, agar gebyar literasi semakin marak dicanangkan.
Namun, dari semua pembicaraan kami ada satu yang paling menyentuh hati, yang sama sekali tak pernah terpikirkan oleh saya meski sudah berada di blog gurusiana ini sekian lama. Apakah itu? Bu Ayu bercerita tentang cara ia memberi semangat kepada rekan rekan guru Petir, penulis amatir, penulis pemula (termasuk saya didalamnya). Beliau suka memfollow akun bapak ibu di gurusiana dan mencuplik beberapa kalimat di dalam artikel disertai komentar tentang isi tulisan dan tak lupa kata kata semangat menyertainya.
"Ndak papa bu, meski tidak di follow , itu tak masalah buat saya. Yang penting saya memfollow nya, " Ujarnya. Mengapa demikian? Itu karena beliau ingin memberi apresiasi dan penghargaan, bahwa artikel yang kita tulis itu tidak hanya sekedar dilihat tapi juga dibaca dan diperhatikan isi tulisannya. Setiap artikel dibaca dan dikomentari, agar kita kita yang sedang belajar menulis ini tak patah hati. Menyemangati...Oh, saya jadi malu sendiri. Tahu tidak? Meski beliau penulis hebat, banyak karyanya menjadi jawara di berbagai lomba dan di muat di media massa, namun rela menyempatkan waktu membaca tulisan yang biasa biasa saja seperti tulisan saya. Hebat! Batin saya. Inilah penggerak literasi sebenarnya. Tak terdeteksi tapi terus begerak menyemangati. Subhanallah. Saya tak tahu harus berkata apalagi. Hikmah yang saya bisa ambil dari pembicaraan kami saat itu adalah saya masih harus belajar menata kalbu agar tak terlalu sibuk dengan tulisan sendiri tapi lupa memberi semangat dan apresiasi kepada teman seperjuangan sendiri, para penulis di Gurusiana, para pejuang literasi. Semangat! Dan salam literasi.
Literasi untuk Negeri.
Thanks for bu Ayu
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sama2 tetap semangat bu.. joss..
Inggih, maturnuwun pak, semangat! Salam literasi
Ibu Dyah, matursembahsuwun. Agunging samudra pangaksami. Nuwun sewu, mungkin tulisan ini terlalu berlebihan untuk Bu Ayu. Tak ada gading tak retak, tak ada manusia sempurna. Hanya berbagi hal kecil yang Bu Ayu miliki. tak lebih tak kurang. Ada ribuan guru sianer dengan sejuta kelebihannya. Dari beliau - beliaulah Bu Ayu belajar. Termasuk dari Ibu Dyah. Tak terbang saat dipuji, tak tumbang saat dipuji jadilah bara agar kita tak lelah belajar berjalan dan tak letih belajar berlari, tetap tegap susuri jalan literasi.
Tak terbang saat dipuji, tak tumbang saat dicaci
Tulisan dari hati, bu Ayu, terimakasih telah menginspirasi. Tetap bangkitkan bara menulis, salam literasi!
Alhamdulillah, bahagia bisa kenal dan berada di antara guru-guru luar biasa di gurusiana. Bagaikan mutiara yang terpendam. Kini saatnya kilauan sinar memancar darinya. Memancar lembut, menembus relung kalbu. Membasahi bumi yang kering. Adem. ayem, tentrem. Salam sehat dan sukses selalu, bunda Dyah. Barakallah.
Senangnya ada bunda Raihana di lapak Petir saya,, maturnuwun bunda. Setiap kali saya membaca untaian kalimat bunda di artikel dan komen yang ada, selalu timbul rasa sejuk memenuhi relung dada, salam sehat dan sukses selalu juga untuk bunda Raihana.
Betul bunda, bu Ayu orang yg luar biasa, kalimatnya penuh diksi tingkat dewa, sy tak bisa meraihnya, terlalu tinggi, universiras kehidupan yang membentuk beliau jadi orang sukses. Revisi dikit bund, kalimat "di muat dimedia", seharusnya dimuat di media". Maaf bund, sebagai bukti pancingan pak Edi. Sukses selalu dan barakallah
Inggih, saya terkaget kaget dibuatnya, terimakasih revisinya, "di media" mestinya tak di sambung karena berfungsi sebagai kata depan bukan awalan, ini bukti bahwa bu Siti Ropiah membaca dengan cermat tulisan saya, terimakasih ya buu, sukses selalu!
Alhamdulillah senangnya bisa ikut menikmati tulisan para senior gurusiana. Terimakasih sudah berbagi, barakallah.
Maturnuwun bu Rita, tulisan guru Petir (penulis amatir) seperti saya ini hanya sekedar untuk mengungkap rasa,, syukur alhamdulilah bila ada bapak ibu pembaca yang ikut menikmatinya. Sukses selalu untuk bu Rita. Barokallah
Wow....Betul2 inspiratif ..seperti ilmu padi semakin berisi semakin merunduk...Salam sehat dan sukses selalu..Barakallah Bu Dyah...
Hai bu Rini, senang sekali dah mampir di lapak Petir ini, terimakasih dah membaca artikel ini, sehat dan sukses selalu yaa buat bu Rini, barokallah, salam literasi!